Tugas
1
PATOLOGI
SOSIAL DAN KRIMINOLOGI
Tentang
KONSEP DASAR PATOLOGI SOSIAL

Oleh:
Nama : Silvia Hestiwardani
Nim : 1304860
JURUSAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI PADANG
2015
KONSEP
DASAR PATOLOGI SOSIAL
A.
PENGERTIAN DAN CIRI-CIRI MASALAH
SOSIAL
Menurut Soejono Soekanto, masalah sosial adalah suatu
ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat yang membahayakan
kelompok sosial. Blummer (1971) dan Thampson (1988), menyatakan bahwa masalah
sosial adalah suatu kondisi yang dirumuskan atau dinyatakan oleh suatu
entitas yang berpengaruh, yang mengancam nilai-nilai suatu masyarakat dan
kondisi itu diharapkan dapat diatasi melalui kegiatan bersama.
Jadi yang memutuskan bahwa sesuatu itu merupakan masalah sosial atau
bukan adalah masyarakat yang kemudian disosialisasikan melalui suatu entitas.
Dan tingkat keparahan sosial yang terjadi dapat diukur dengan membandingkan
antara sesuatu yang ideal dan realitas yang terjadi (Celoman dan Crasey, 1987).
Contohnya adalah masalah kemiskinan yang dapat didefinisikan sebagai suatu
standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan suatu
materi pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar
kehidupan umum yang berlaku di masyarakat yang bersangkutan (Suparlan, 1984).
Sedangkan yang disebut dengan masalah sosial (dalam
Kartini Kartono, 2007:2) ialah:
1.
Semua
bentuk tingkah laku yang melanggar atau memperkosa adat-istiadat masyarakat
(dan adat istiadat tersebut diperlukan untuk menjamin kesejahteraan hidup
masyarakat).
2.
Situasi
sosial yang dianggap oleh sebagian besar warga masyarakat sebagai mengganggu,
tidak dikehehendaki, berbahaya dan merugikan orang banyak.
Jelaslah bahwa
adat-istiadat dan kebudayaan itu mempunyai nilai pengontrol dan nilai dan nilai
sanksional terhadap tingkah laku anggota masyarakatnya. Maka, tingkkah laku
yang dianggap sebagai tidak cocok, melanggar norma dan adat istiadat, atau
tidak terintegrasi dengan tingkah laku umum dianggap sebagai masalah sosial.
Menurut Soerjono
Soekanto masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur
kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika
terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan
sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat.
Masalah sosial
muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat
dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah sosial yaitu seperti
proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah sosial dalam masyarakat
ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti tokoh
masyarakat, pemerintah, organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan lain
sebagainya.
Masalah sosial
dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) jenis faktor, yakni antara lain :
factor yaitu:
1. Faktor Ekonomi : Kemiskinan, pengangguran, dll.
factor yaitu:
1. Faktor Ekonomi : Kemiskinan, pengangguran, dll.
Faktor Ekonomi, faktor ini merupakan faktor
terbesar terjadinya masalah sosial. Apalagi setelah terjadinya krisis global
PHK mulai terjadi di mana-mana dan bisa memicu tindak kriminal karena orang
sudah sulit mencari pekerjaan.
2. Faktor Budaya : Perceraian,
kenakalan remaja, dll.
Faktor Budaya, Kenakalan remaja menjadi masalah
sosial yang sampai saat ini sulit dihilangkan karena remaja sekarang suka
mencoba hal-hal baru yang berdampak negatif seperti narkoba, padahal remaja
adalah aset terbesar suatu bangsa merekalah yang meneruskan perjuangan yang
telah dibangun sejak dahulu.
3. Faktor Biologis : Penyakit menular, keracunan makanan, dsb.
Faktor Biologis, Penyakit menular bisa
menimbulkan masalah sosial bila penyakit tersebut sudah menyebar disuatu
wilayah atau menjadi pandemik.
4. Faktor Psikologis : penyakit syaraf, aliran sesat, dsb.
Faktor
Psikologis,
Aliran sesat sudah banyak terjadi di Indonesia dan meresahkan masyarakat
walaupun sudah banyak yang ditangkap dan dibubarkan tapi aliran serupa masih
banyak bermunculan di masyarakat sampai saat ini.
Masalah sosial dapat dikatakan sebagai sebuah
kondisi yang tidak diharapkan dan dianggap dapat merugikan kehidupan sosial
serta bertentangan dengan standar sosial yang telah disepakati. Keberadaan
masalah sosial ditengah kehidupan masyarakat dapat diketahui secara cermat
melalui beberapa proses dan tahapan analitis, yang salah satunya berupa tahapan
diagnosis. Dalam mendiagnosis masalah sosial diperlukan sebuah pendekatan
sebagai perangkat untuk membaca aspek masalah secara konseptual.
Eitzen membedakan
adanya dua pendekatan yaitu person blame approach dan system blame approach:
1.
Person
blame approach merupakan suatu pendekatan untuk memahami masalah sosial pada
level individu. Diagnosis masalah menempatkan individu sebagai unit analisanya.
Sumber masalah sosial dilihat dari faktor-faktor yang melekat pada individu
yang menyandang masalah. Melalui diagnosis tersebut lantas bisa ditemukan
faktor penyebabnya yang mungkin berasal dari kondisi fisik, psikis maupun
proses sosialisasinya.
2.
Pendekatan
kedua system blame approach merupakan unit analisis untuk memahami sumber
masalah pada level sistem. Pendekatan ini mempunyai asumsi bahwa sistem dan
struktur sosial lebih dominan dalam kehidupan bermasyarakat. Individu sebagai
warga masyarakat tunduk dan dikontrol oleh sistem. Selaras dengan itu, masalah
sosial terjadi oleh karena sistem yang berlaku didalamnya kurang mampu dalam
mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi, termasuk penyesuaian antar
komponen dan unsur dalam sistem itu sendiri.
Dari kedua
pendekatan tersebut dapat diketahui, bahwa sumber masalah dapat ditelusuri dari
”kesalahan" individu dan "kesalahan" sistem. Mengintegrasikan
kedua pendekatan tersebut akan sangat berguna dalam rangka melacak akar masalah
untuk kemudian dicarikan pemecahannya. Untuk mendiagnosis masalah pengangguran
misalnya, secara lebih komprehensif tidak cukup dilihat dari faktor yang
melekat pada diri penganggur saja seperti kurang inovatif atau malas mencari
peluang, akan tetapi juga perlu dilihat sumbernya masalahnya dari level sistem
baik sistem pendidikan, sistem produksi dan sistem perokonomian atau bahkan
sistem sosial politik pada tingkat yang lebih luas.
Salah satu penyebab
utama timbulnya masalah sosial adalah pemenuhan akan kebutuhan hidup (Etzion,
1976). Artinya, jika seorang anggota masyarakat gagal memenuhi kebutuhan
hidupnya maka ia akan cenderung melakukan tindakan kejahatan dan kekerasan
seperti misalnya mencuri, judi, mabok-mabokan dan lain sebagainya.
B.
PENGERTIAN PATOLOGI SOSIAL
Satu abad yang
lalu, orang menyebut satu peristiwa sebagai penyakit social murni dengan ukuran moralistic. Maka, kemiskinan,
kejahatan, pelacuran, alkoholisme, kecanduan, perjudian dan tingkah laku yang
berkaitan dengan semua peristiwa tadi dinyatakan sebagai gejala penyakit social
yang harus diberantas dari muka bumi. Pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, para
sosilog mendefinisikan patologi social (dalam Kartini Kartono, 2007:1) sebagai
“semua tingkah laku yang bertentangan dengan norma kebaikan, stabilitas local,
pola kesederhanaan, moral, hak milik, solidaritas kekeluargaan, hidup rukun
bertetangga, disiplin, kebaikan, dan hokum formal.”
Secara etimologis,
kata patologi berasal dari kata Pathos yang berarti
disease/penderitaan/penyakit dan Logos yang berarti berbicara
tentang/ilmu. Jadi, patologi adalah ilmu yang membicarakan tentang penyakit
atau ilmu tentang penyakit. Maksud dari pengertian diatas bahwa patologi adalah
ilmu yang membicarakan tentang asal usul dan sifat-sifatnya penyakit. Konsep
ini bermula dari pengertian penyakit di bidang ilmu kedokteran dan biologi yang
kemudian diberlakukan pula untuk masyarakat karena menurut penulis google bahwa
masyarakat itu tidak ada bedanya dengan organisme atau biologi sehingga dalam
masyarakatpun dikenal dengan konsep penyakit.
Sedangkan kata sosial
adalah tempat atau wadah pergaulan hidup antar manusia yang perwujudannya
berupa kelompok manusia atau organisasi yakni individu atau manusia yang
berinteraksi / berhubungan secara timbal balik bukan manusia atau manusia dalam
arti fisik. Tetapi, dalam arti yang lebih luas yaitu comunity atau
masyarakat.
Maka pengertian
dari patologi social adalah ilmu tentang gejala-gejala sosial yang dianggap
“sakit” disebabkan oleh faktor-faktor sosial atau Ilmu tentang asal usul dan
sifat-sifatnya, penyakit yang berhubungan dengan hakekat adanya manusia dalam
hidup masyarakat. Sementara itu menurut teri anomi bahwa patologi sosial adalah
suatu gejala dimana tidak ada persesuaian antara berbagai unsur dari suatu
keseluruhan, sehingga dapat membahayakan kehidupan kelompok, atau yang sangat
merintangi pemuasan keinginan fundamental dari anggota anggotanya, akibatnya
pengikatan social patah sama sekali. ( Koe soe khiam. 1963 ).
Sedangkan Blackmar
dan Billin (1923) menyatakan bahwa, patologi sosial diartikan sebagai
kegagalan individu menyesuaikan diri terhadap kehidupan sosial dan ketidakmampuan
struktur dan institusi sosial melakukan sesuatu bagi perkembangan kepribadian.
C. JENIS-JENIS MASALAH SOSIAL
Stark (1975), membagi masalah-masalah sosial menjadi tiga
macam, yaitu:
1. Konflik dan kesenjangan, seperti: kemiskinan, kesenjangan, konflik
antar kelompok, pelecehan seksual dan masalah sosial.
2. Perilaku menyimpang, seperti: kecanduan obat terlarang, gangguan
mental, kejahatan, kenakalan remaja dan kekerasan pergaulan.
3. Perkembangan manusia, seperti: masalah keluarga, usia lanjut, kependudukan
(seperti urbanisasi) dan kesehatan seksual.
Masalah sosial
dibedakan kedalam dua bentuk sebagai berikut :
1.
Manifest
social problem,
yaitu masalah sosial yang muncul akibat adanya ketimpangan antara nilai dan
norma sosial yang ada dilingkungan masyarakat. Akan tetapi, masyarakat masih
mampu mengatasi permasalahan tersebut.
2.
Latent
social problem,
menunjukkan adanya masalah sosial yang muncul akibat ketimpangan nilai dan
norma sosial, tetapi masyarakat sudah tidak mampu mencegah atau mengatasi
permasalahan tersebut.
Jenis-jenis masalah
sosial dapat diklasifikasikan berdasarkan faktor pendorongnya, yaitu sebagai
berikut:
1.
Masalah
sosial yang disebabkan oleh faktor ekonomi.
Masalah ini didorong adanya
ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidup sendiri secara layak,
misalnya : kemiskinan, pengagguran, anak jalanan dan lain-lain.
2.
Masalah
sosial yang disebabkan oleh faktor budaya.
Masalah ini dipicu adanya
ketidaksesuaian pelaksanaan nilai, norma, dan kepentingan sosial akibat adanya
proses perubahan sosial dan pola masyarakat heterogen/multikultural. Contoh
masalah ini seperti, kenakalan remaja, konflik antaretnik, diskriminasi gender,
dan bahkan pengakuan hak milik kebudayaan lintas negara.
3.
Masalah
sosial yang disebabkan oleh faktor biologis.
Masalah ini dapat timbul akibat
adanya ketidaksesuaian keadaan lingkungan yang berpotensi menimbulkan
ketidakstabilan kondisi biologis masyarakat, seperti adanya wabah penyakit
menular, virus penyakit baru, dan makanan beracun.
4.
Masalah
sosial yang disebabkan oleh faktor sosial.
Masalah ini dipengaruhi oleh
faktor sosial yang terjadi akibat nilai dan norma tidak diakomodasi dalam
setiap perilaku individu, misalnya kejahatan/kriminalitas, pelecehan seksual,
korupsi, dan terorisme.
D. TINGKATAN MASALAH SOSIAL
untuk memudahkan pemahaman dalam mengklasifikasikan berbagai
tingkatan dalam kenyataan sosial, dapat dibedakan menjadi 4(empat) tingkatan,
yaitu tingkat budaya, individu, interpersonal, dan struktur sosial.
1.
Tingkat Budaya
Kebudayaan merupakan keseluruhan kompleks yang meliputi
pengetahuan, kepercayaan, seni moral, hukum, kebiasaan, dan kemampuan-
kemampuan, serta tata cara lainnya yang diperoleh manusia sebagai seorang
anggota masyarakat. Dengan demikian, fokus kajiannya meliputi nilai, simbol,
norma, dan pandangan hidup umum yang dimiliki bersama oleh suatu masyarakat.
Sehingga dalam arti luas, kebudayaan terdiri atas produk- produk tindakan dan
interaksi manusia, termasuk benda- benda materi maupun nonmateri.
2.
Tingkat Individual
Tingkat ini menempatkan individu sebagai pusat perhatian
untuk analisis utama. Sebagai contoh Weber sangat tertarik pada masalah-
masalah sosiologis yang luas mengenai struktur sosial dan kebudayaan tetapi dia
melihat bahwa kenyataan sosial secara mendasar terdiri atas individu- invidu
dan tindakan- tindakan sosialnya yang bermakna.
3.
Tingkat Interpersonal
Kenyataan sosial pada tingkat ini meliputi interaksi antara
individu dengan individu maupun dengan kelompok, dalam arti yang berhubungan
dengan komunikasi simbolis, penyesuaian timbal balik, negosiasi tindakan yang
saling tergantung, kerja sama, maupun konflik.
Dua persepektif teoretis utama yang menekankan tingkatan ini
adalah teori interaksionisme simbolik dan teori pertukaran. George Herbett Mead
yang merintis teori interaksi simbolik tersebut, pada dasarnya teori tersebut
berhubungan dengan media simbol, dimana kemampuan manusia sangat tinggi untuk
menciptakan dan memanipulasi simbol- simbol. Kemapuan tersebut sangat
diperlukan untuk berkomunikasi antar pribadi dan pemikiran- pemikiran subjektif
lainnya. Disinilah penekanan para ahli teori interaksi simbol menegaskan bahwa
kenyataan sosial yang muncul dari interaksi simbol menegaskan bahwa kenyataan
sosial yang muncul dari interaksi dilihatnya sebagai suatu kenyataan yang
dibangun dan bersifat simbolik.
SUMBER
http://organisasi.org/definisi-pengertian-masalah-sosial-dan-jenis-macam-masalah-sosial-dalam masyarakat
Kartono, Kartini. 2007. Patologi Sosial.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Kompasiana. 2009. http://umum.kompasiana.com/2009/07/06/masalah-masalah-sosial/. OnlineTaufiq. Journal. http://taufiqjournal.wordpress.com/artikel/sejarah-patologi-sosial/. Online
Toraerdo. 2010. http://toraerdo.blogspot.com/2010/10/definisi-masalah-sosial-dan-jenis.html.
Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar