Minggu, 03 Mei 2015

konsep dasar patologi sosial




Tugas 1
PATOLOGI SOSIAL DAN KRIMINOLOGI
Tentang
KONSEP DASAR PATOLOGI SOSIAL



Oleh:
Nama        : Silvia Hestiwardani
Nim            : 1304860


JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2015

KONSEP DASAR PATOLOGI SOSIAL
A.      PENGERTIAN DAN CIRI-CIRI MASALAH SOSIAL
Menurut Soejono Soekanto, masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat yang membahayakan kelompok sosial. Blummer (1971) dan  Thampson (1988), menyatakan bahwa masalah sosial adalah suatu kondisi yang dirumuskan atau dinyatakan oleh suatu entitas yang berpengaruh, yang mengancam nilai-nilai suatu masyarakat dan kondisi itu diharapkan dapat diatasi melalui kegiatan bersama.
Jadi yang memutuskan bahwa sesuatu itu merupakan masalah sosial atau bukan adalah masyarakat yang kemudian disosialisasikan melalui suatu entitas. Dan tingkat keparahan sosial yang terjadi dapat diukur dengan membandingkan antara sesuatu yang ideal dan realitas yang terjadi (Celoman dan Crasey, 1987). Contohnya adalah masalah kemiskinan yang dapat didefinisikan sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan suatu materi pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan umum yang berlaku di masyarakat yang bersangkutan (Suparlan, 1984).
Sedangkan  yang disebut dengan masalah sosial (dalam Kartini Kartono, 2007:2) ialah:
1.      Semua bentuk tingkah laku yang melanggar atau memperkosa adat-istiadat masyarakat (dan adat istiadat tersebut diperlukan untuk menjamin kesejahteraan hidup masyarakat).
2.      Situasi sosial yang dianggap oleh sebagian besar warga masyarakat sebagai mengganggu, tidak dikehehendaki, berbahaya dan merugikan orang banyak.
Jelaslah bahwa adat-istiadat dan kebudayaan itu mempunyai nilai pengontrol dan nilai dan nilai sanksional terhadap tingkah laku anggota masyarakatnya. Maka, tingkkah laku yang dianggap sebagai tidak cocok, melanggar norma dan adat istiadat, atau tidak terintegrasi dengan tingkah laku umum dianggap sebagai masalah sosial.      
Menurut Soerjono Soekanto masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat.
Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti tokoh masyarakat, pemerintah, organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan lain sebagainya.
Masalah sosial dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) jenis faktor, yakni antara lain :
factor yaitu:
1. Faktor Ekonomi : Kemiskinan, pengangguran, dll.
Faktor Ekonomi, faktor ini merupakan faktor terbesar terjadinya masalah sosial. Apalagi setelah terjadinya krisis global PHK mulai terjadi di mana-mana dan bisa memicu tindak kriminal karena orang sudah sulit mencari pekerjaan.
2. Faktor Budaya : Perceraian, kenakalan remaja, dll.
Faktor Budaya, Kenakalan remaja menjadi masalah sosial yang sampai saat ini sulit dihilangkan karena remaja sekarang suka mencoba hal-hal baru yang berdampak negatif seperti narkoba, padahal remaja adalah aset terbesar suatu bangsa merekalah yang meneruskan perjuangan yang telah dibangun sejak dahulu.

3. Faktor Biologis : Penyakit menular, keracunan makanan, dsb.
Faktor Biologis, Penyakit menular bisa menimbulkan masalah sosial bila penyakit tersebut sudah menyebar disuatu wilayah atau menjadi pandemik.

4. Faktor Psikologis : penyakit syaraf, aliran sesat, dsb.
Faktor Psikologis, Aliran sesat sudah banyak terjadi di Indonesia dan meresahkan masyarakat walaupun sudah banyak yang ditangkap dan dibubarkan tapi aliran serupa masih banyak bermunculan di masyarakat sampai saat ini.
Masalah sosial dapat dikatakan sebagai sebuah kondisi yang tidak diharapkan dan dianggap dapat merugikan kehidupan sosial serta bertentangan dengan standar sosial yang telah disepakati. Keberadaan masalah sosial ditengah kehidupan masyarakat dapat diketahui secara cermat melalui beberapa proses dan tahapan analitis, yang salah satunya berupa tahapan diagnosis. Dalam mendiagnosis masalah sosial diperlukan sebuah pendekatan sebagai perangkat untuk membaca aspek masalah secara konseptual.
Eitzen membedakan adanya dua pendekatan yaitu person blame approach dan system blame approach:
1.      Person blame approach merupakan suatu pendekatan untuk memahami masalah sosial pada level individu. Diagnosis masalah menempatkan individu sebagai unit analisanya. Sumber masalah sosial dilihat dari faktor-faktor yang melekat pada individu yang menyandang masalah. Melalui diagnosis tersebut lantas bisa ditemukan faktor penyebabnya yang mungkin berasal dari kondisi fisik, psikis maupun proses sosialisasinya.
2.      Pendekatan kedua system blame approach merupakan unit analisis untuk memahami sumber masalah pada level sistem. Pendekatan ini mempunyai asumsi bahwa sistem dan struktur sosial lebih dominan dalam kehidupan bermasyarakat. Individu sebagai warga masyarakat tunduk dan dikontrol oleh sistem. Selaras dengan itu, masalah sosial terjadi oleh karena sistem yang berlaku didalamnya kurang mampu dalam mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi, termasuk penyesuaian antar komponen dan unsur dalam sistem itu sendiri.
Dari kedua pendekatan tersebut dapat diketahui, bahwa sumber masalah dapat ditelusuri dari ”kesalahan" individu dan "kesalahan" sistem. Mengintegrasikan kedua pendekatan tersebut akan sangat berguna dalam rangka melacak akar masalah untuk kemudian dicarikan pemecahannya. Untuk mendiagnosis masalah pengangguran misalnya, secara lebih komprehensif tidak cukup dilihat dari faktor yang melekat pada diri penganggur saja seperti kurang inovatif atau malas mencari peluang, akan tetapi juga perlu dilihat sumbernya masalahnya dari level sistem baik sistem pendidikan, sistem produksi dan sistem perokonomian atau bahkan sistem sosial politik pada tingkat yang lebih luas.
Salah satu penyebab utama timbulnya masalah sosial adalah pemenuhan akan kebutuhan hidup (Etzion, 1976). Artinya, jika seorang anggota masyarakat gagal memenuhi kebutuhan hidupnya maka ia akan cenderung melakukan tindakan kejahatan dan kekerasan seperti misalnya mencuri, judi, mabok-mabokan dan lain sebagainya.

B.      PENGERTIAN PATOLOGI SOSIAL
Satu abad yang lalu, orang menyebut satu peristiwa sebagai penyakit social murni dengan  ukuran moralistic. Maka, kemiskinan, kejahatan, pelacuran, alkoholisme, kecanduan, perjudian dan tingkah laku yang berkaitan dengan semua peristiwa tadi dinyatakan sebagai gejala penyakit social yang harus diberantas dari muka bumi. Pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, para sosilog mendefinisikan patologi social (dalam Kartini Kartono, 2007:1) sebagai “semua tingkah laku yang bertentangan dengan norma kebaikan, stabilitas local, pola kesederhanaan, moral, hak milik, solidaritas kekeluargaan, hidup rukun bertetangga, disiplin, kebaikan, dan hokum formal.”
Secara etimologis, kata patologi berasal dari kata Pathos yang berarti disease/penderitaan/penyakit dan Logos yang berarti berbicara tentang/ilmu. Jadi, patologi adalah ilmu yang membicarakan tentang penyakit atau ilmu tentang penyakit. Maksud dari pengertian diatas bahwa patologi adalah ilmu yang membicarakan tentang asal usul dan sifat-sifatnya penyakit. Konsep ini bermula dari pengertian penyakit di bidang ilmu kedokteran dan biologi yang kemudian diberlakukan pula untuk masyarakat karena menurut penulis google bahwa masyarakat itu tidak ada bedanya dengan organisme atau biologi sehingga dalam masyarakatpun dikenal dengan konsep penyakit.
Sedangkan kata sosial adalah tempat atau wadah pergaulan hidup antar manusia yang perwujudannya berupa kelompok manusia atau organisasi yakni individu atau manusia yang berinteraksi / berhubungan secara timbal balik bukan manusia atau manusia dalam arti fisik. Tetapi, dalam arti yang lebih luas yaitu comunity atau masyarakat.
Maka pengertian dari patologi social adalah ilmu tentang gejala-gejala sosial yang dianggap “sakit” disebabkan oleh faktor-faktor sosial atau Ilmu tentang asal usul dan sifat-sifatnya, penyakit yang berhubungan dengan hakekat adanya manusia dalam hidup masyarakat. Sementara itu menurut teri anomi bahwa patologi sosial adalah suatu gejala dimana tidak ada persesuaian antara berbagai unsur dari suatu keseluruhan, sehingga dapat membahayakan kehidupan kelompok, atau yang sangat merintangi pemuasan keinginan fundamental dari anggota anggotanya, akibatnya pengikatan social patah sama sekali. ( Koe soe khiam. 1963 ).
Sedangkan Blackmar dan Billin (1923) menyatakan bahwa, patologi sosial diartikan sebagai kegagalan individu menyesuaikan diri terhadap kehidupan sosial dan ketidakmampuan struktur dan institusi sosial melakukan sesuatu bagi perkembangan kepribadian.

C.      JENIS-JENIS MASALAH SOSIAL
Stark (1975), membagi masalah-masalah sosial menjadi tiga macam, yaitu:
1.      Konflik dan kesenjangan, seperti: kemiskinan, kesenjangan, konflik antar kelompok, pelecehan seksual dan masalah sosial.
2.      Perilaku menyimpang, seperti: kecanduan obat terlarang, gangguan mental, kejahatan, kenakalan remaja dan kekerasan pergaulan.
3.      Perkembangan manusia, seperti: masalah keluarga, usia lanjut, kependudukan (seperti urbanisasi) dan kesehatan seksual.
Masalah sosial dibedakan kedalam dua bentuk sebagai berikut :
1.      Manifest social problem, yaitu masalah sosial yang muncul akibat adanya ketimpangan antara nilai dan norma sosial yang ada dilingkungan masyarakat. Akan tetapi, masyarakat masih mampu mengatasi permasalahan tersebut.
2.      Latent social problem, menunjukkan adanya masalah sosial yang muncul akibat ketimpangan nilai dan norma sosial, tetapi masyarakat sudah tidak mampu mencegah atau mengatasi permasalahan tersebut.
Jenis-jenis masalah sosial dapat diklasifikasikan berdasarkan faktor pendorongnya, yaitu sebagai berikut:
1.      Masalah sosial yang disebabkan oleh faktor ekonomi.
Masalah ini didorong adanya ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidup sendiri secara layak, misalnya : kemiskinan, pengagguran, anak jalanan dan lain-lain.
2.      Masalah sosial yang disebabkan oleh faktor budaya.
Masalah ini dipicu adanya ketidaksesuaian pelaksanaan nilai, norma, dan kepentingan sosial akibat adanya proses perubahan sosial dan pola masyarakat heterogen/multikultural. Contoh masalah ini seperti, kenakalan remaja, konflik antaretnik, diskriminasi gender, dan bahkan pengakuan hak milik kebudayaan lintas negara.
3.      Masalah sosial yang disebabkan oleh faktor biologis.
Masalah ini dapat timbul akibat adanya ketidaksesuaian keadaan lingkungan yang berpotensi menimbulkan ketidakstabilan kondisi biologis masyarakat, seperti adanya wabah penyakit menular, virus penyakit baru, dan makanan beracun.
4.      Masalah sosial yang disebabkan oleh faktor sosial.
Masalah ini dipengaruhi oleh faktor sosial yang terjadi akibat nilai dan norma tidak diakomodasi dalam setiap perilaku individu, misalnya kejahatan/kriminalitas, pelecehan seksual, korupsi, dan terorisme.
D.      TINGKATAN MASALAH SOSIAL
untuk memudahkan pemahaman dalam mengklasifikasikan berbagai tingkatan dalam kenyataan sosial, dapat dibedakan menjadi 4(empat) tingkatan, yaitu tingkat budaya, individu, interpersonal, dan struktur sosial.
1.      Tingkat Budaya
Kebudayaan merupakan keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni moral, hukum, kebiasaan, dan kemampuan- kemampuan, serta tata cara lainnya yang diperoleh manusia sebagai seorang anggota masyarakat. Dengan demikian, fokus kajiannya meliputi nilai, simbol, norma, dan pandangan hidup umum yang dimiliki bersama oleh suatu masyarakat. Sehingga dalam arti luas, kebudayaan terdiri atas produk- produk tindakan dan interaksi manusia, termasuk benda- benda materi maupun nonmateri.
2.      Tingkat Individual
Tingkat ini menempatkan individu sebagai pusat perhatian untuk analisis utama. Sebagai contoh Weber sangat tertarik pada masalah- masalah sosiologis yang luas mengenai struktur sosial dan kebudayaan tetapi dia melihat bahwa kenyataan sosial secara mendasar terdiri atas individu- invidu dan tindakan- tindakan sosialnya yang bermakna.
3.      Tingkat Interpersonal
Kenyataan sosial pada tingkat ini meliputi interaksi antara individu dengan individu maupun dengan kelompok, dalam arti yang berhubungan dengan komunikasi simbolis, penyesuaian timbal balik, negosiasi tindakan yang saling tergantung, kerja sama, maupun konflik.
Dua persepektif teoretis utama yang menekankan tingkatan ini adalah teori interaksionisme simbolik dan teori pertukaran. George Herbett Mead yang merintis teori interaksi simbolik tersebut, pada dasarnya teori tersebut berhubungan dengan media simbol, dimana kemampuan manusia sangat tinggi untuk menciptakan dan memanipulasi simbol- simbol. Kemapuan tersebut sangat diperlukan untuk berkomunikasi antar pribadi dan pemikiran- pemikiran subjektif lainnya. Disinilah penekanan para ahli teori interaksi simbol menegaskan bahwa kenyataan sosial yang muncul dari interaksi simbol menegaskan bahwa kenyataan sosial yang muncul dari interaksi dilihatnya sebagai suatu kenyataan yang dibangun dan bersifat simbolik.

           
SUMBER
Kartono, Kartini. 2007. Patologi Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Kompasiana. 2009. http://umum.kompasiana.com/2009/07/06/masalah-masalah-sosial/. Online
Taufiq. Journal. http://taufiqjournal.wordpress.com/artikel/sejarah-patologi-sosial/. Online

Tidak ada komentar:

Posting Komentar